Members Login
Username 
 
Password 
    Remember Me  
Post Info TOPIC: "Roh itu termasuk urusan Tuhanku..."


Veteran Member

Status: Offline
Posts: 78
Date:
"Roh itu termasuk urusan Tuhanku..."


19 Ramadhan 1426


Tidak terasa baru saja kemarin kita sudah melewati sebuah hari sangat penting dalam sejarah Islam: Nuzulul Quran. Saya berusaha mati-matian menghayati hari ke-17 Bulan Ramadhan itu, walau rasanya masih jauh dari khusuk.



Pada malam ke-17 bacaan tadarusan kami baru sampai juz ke-16. Setelah sempat tersibukkan oleh urusan malaikat, iblis, jin, dan setan pada malam sebelumnya, malam tersebut kami membaca Surat Al Israa’ dan Al Kahfi). Kebetulan sekali dua kali cerita pembangkangan iblis ini diulang: Surat Al Israa ayat 61-65 dan Surat Al Kahfi ayat 50.


Yang menarik adalah Surat Al Kahfi ayat 50 ini, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujuhlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripadaKu, sedang mereka adalah musuhmu? Amat burulah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.”


Dari ayat tersebut, sepertinya keterangan saya pertama salah. Iblis adalah dari golongan jin. Sesuai dengan saran saya, dan saya masih konsisten dengan saran tersebut, usahlah kita fokus membahas masalah seperti ini.


Selain cerita pembangkangan iblis, juz 14 sampai juz 17 banyak bercerita tentang nabi-nabi. Misalnya dalam Surat Al Hijr (surat ke-15) ada cerita Nabi Ibrahim kedatangan “tamu-tamu” yang menyampaikan kabar bahwa Ibrahim akan mendapatkan keturunan anak yang alim (catatan kaki Al Quran saya menyebutkan bahwa itu adalah nabi Ishak) - ayat 51 - 58.


Ada cerita kaum Nabi Luth yang dibinasakan ketika matahari akan terbit dengan cara Allah membalikkan tanah kota mereka lantaran mereka berprilaku homoseksual - ayat 59 - 75. Di penghujung surat Al Hijr diceritakan contoh kaum-kaum yang mendustakan rasul-rasul Allah.


Selain itu ada cerita Nabi Isa, Nabi Musa (dengan Nabi Harun, Fir’aun, dan Khidr), Nabi Yahya, Isra’ Mi’raj, Goa Kahfi, dan banyak lagi. Saya merasakan waktu berjalan terlalu cepat. Surat An Nahl (surat ke-16) yang masih berada di juz 14 belum sempat saya baca terjemahannya. Mau dibahas satu persatu pun rasanya tidak akan cukup waktu dalam diskusi di meja makan ini.


Ada lagi yang menarik, yang menjadi topik obrolan kita kali ini:


Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (Al Israa’: 85)


Rasanya sih ini sebuah pernyataan keras dan jelas, bahwa kita memang tidak diberi pengetahuan tentang roh kecuali sedikit saja. Wajar saja tidak ada Tuhan dalam fisika - sekitar dua tahun lalu saya pernah menulis tentang ini, namun sayang tidak ada arsipnya lagi; insyaallah saya akan luangkan waktu untuk bicara tentang ini lain waktu. Meski demikian, ada beberapa hal yang kita ketahui tentang roh.


Apa saja itu? Tentu saya tidak tahu apa-apa saja yang kita ketahui tentang ruh. Kalau saya lihat Al Quran sekilas, ayat ke-9 dari Surat As Sajdah (surat ke-32 - yang tentu saja belum sampai tadarusan kami) berbunyi, “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”


Selain itu, balik ingatan ke beberapa malam sebelumnya, di Surat Al-A’raaf (surat ke-7) ayat ke-172: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-Esaan Tuhan)”.


Kalau melihat dari sisi ini, fitrahnya memang setiap manusia mengakui Tuhan yang sama, fisiknya lah yang kemudian mengingkarinya. Ini adalah sebuah kenyataan yang tegas. Ada kisah pendek perihal ini yang tertuang dalam Surat Ali Imran (surat ke-3). Saat terjadi perselisihan utusan Nasrani Najran dengan Muhammad SAW perihal kisah Nabi Isa, Rasul kemudian mengajak bermubahalah utusan tersebut (ayat ke-59 - 63). (Muhaballah adalah mengajak masing-masing pihak yang berbeda pendapat untuk sama-sama berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar Allah melaknati pihak yang berdusta.) Ajakan ini ditolak oleh utusan Nasrani Najran.


Kemudian Rasul atas perintah Allah berkata, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu apapun dan tidak (pula) sebagian kita menjadi sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika kamu berpaling, maka saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (ayat ke-64).


Subhanallah, Allahu akbar.


Kalau semuanya kembali ke fitrah sesuai ayat ke-172 Surat Al-A’raaf tadi, yang pertama hilang adalah golongan atheis (walau Cak Nur pernah berkata sebenarnya atheis itu tidak ada, yang ada mereka mengganti Tuhan dalam bentuk lain).


Hanya ada satu Tuhan, tidak ada sekutuNya dengan sesuatu apapun atau dengan seseorang bagian dari kita.


Setelah itu apa? Setelah itu adalah seperti dalam ayat ke-158 dalam surat yang sama, “Katakanlah (hai Muhammad), “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat (kitab-kitab)-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.


Lantas, kalau ada yang berpaling? Tidak usah terlalu banyak kita pikirkan, karena azab Allah itu teramat pedih. Yang penting, seperti ayat ke-64 Surat Ali Imran tadi: Jika kamu berpaling, maka saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).


Selain itu, apa lagi yang kita ketahui tentang ruh? Entahlah, seperti yang saya sebutkan tadi, saya tidak tahu.


Obrolan saya ini, seperti biasa, selain di atas meja makan, adalah obrolan yang terbit seusai tadarus yang insyaallah rutin kita adakan. Kekurangan sini-sana tentu saja banyak, apa lagi adanya kesalahan, masyaallah. Tapi mudah-mudahan obrolan ini bisa menjadi bahan diskusi menarik untuk meningkatkan iman dan taqwa.


Mari kita berlindung kepada Allah, supaya ditunjuki jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang dianugrahkanNya nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat, amin ya rabbil alamin.



__________________
Page 1 of 1  sorted by
 
Quick Reply

Please log in to post quick replies.

Tweet this page Post to Digg Post to Del.icio.us


Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard